Mengenal Naniura, Sashimi ala Batak Menu Tantangan Kontestan MasterChef Indonesia
loading...
A
A
A
JAKARTA - Naniura merupakan olahan ikan yang dimakan secara mentah, tapi tidak berbau amis yang kemarin menjadi menu tantangan dua grand finalis MasterChef Indonesia Season 8. Mirip sashimi asal Jepang, namun hidangan satu ini merupakan makanan khas Danau Toba, Sumatera Utara.
Ya, kawasan Danau Toba memang memiliki banyak ragam kuliner tradisional yang menarik untuk dieksplorasi. Salah satunya ya naniura ini.
Kalau Peru punya cevhiche, yakni olahan ikan kakap mentah atau scallop yang direndam dengan air perasan lemon hingga matang, Danau Toba punya naniura yang dimatangkan dengan cara merendamnya dengan air asam jungga atau jeruk purut.
Penggunaan asam inilah yang nantinya akan mematangkan daging ikan secara merata. Namun, proses pengolahannya sendiri membutuhkan waktu yang cukup lama sekitar 4-5 jam, hingga daging benar-benar matang sempurna. Ikan yang digunakan biasanya ikan mas atau nila.
Naniura merupakan hidangan spesial yang hanya disajikan untuk raja-raja Batak. Namun, kini sudah dapat dinikmati untuk umum, beberapa restoran bahkan telah memasukkan naniura ke dalam daftar menu mereka.
Naniura bisa dibilang seperti sashimi-nya orang-orang Batak. Paling enak disantap bersama nasi putih hangat dan bumbu andaliman. Berkat bumbu dan teknik pengolahannya yang unik, makanan ini juga bermanfaat bagi kesehatan. Selain itu, berkat nilai sejarah dan story telling-nya, naniura menjadi salah satu produk gastronomi yang berpotensi untuk dipromosikan di kancah internasional.
“Orang Batak menciptakan naniura melalui perjalanan yang panjang yang cocok dengan karakter budaya setempat. Maka dari itu ada istilah asam di gunung, garam di laut, berjumpa dalam belanga,” tutur mantan Menparekraf Arief Yahya beberapa waktu lalu.
Ya, kawasan Danau Toba memang memiliki banyak ragam kuliner tradisional yang menarik untuk dieksplorasi. Salah satunya ya naniura ini.
Baca Juga
Kalau Peru punya cevhiche, yakni olahan ikan kakap mentah atau scallop yang direndam dengan air perasan lemon hingga matang, Danau Toba punya naniura yang dimatangkan dengan cara merendamnya dengan air asam jungga atau jeruk purut.
Penggunaan asam inilah yang nantinya akan mematangkan daging ikan secara merata. Namun, proses pengolahannya sendiri membutuhkan waktu yang cukup lama sekitar 4-5 jam, hingga daging benar-benar matang sempurna. Ikan yang digunakan biasanya ikan mas atau nila.
Naniura merupakan hidangan spesial yang hanya disajikan untuk raja-raja Batak. Namun, kini sudah dapat dinikmati untuk umum, beberapa restoran bahkan telah memasukkan naniura ke dalam daftar menu mereka.
Naniura bisa dibilang seperti sashimi-nya orang-orang Batak. Paling enak disantap bersama nasi putih hangat dan bumbu andaliman. Berkat bumbu dan teknik pengolahannya yang unik, makanan ini juga bermanfaat bagi kesehatan. Selain itu, berkat nilai sejarah dan story telling-nya, naniura menjadi salah satu produk gastronomi yang berpotensi untuk dipromosikan di kancah internasional.
“Orang Batak menciptakan naniura melalui perjalanan yang panjang yang cocok dengan karakter budaya setempat. Maka dari itu ada istilah asam di gunung, garam di laut, berjumpa dalam belanga,” tutur mantan Menparekraf Arief Yahya beberapa waktu lalu.
(tsa)